Jakarta, CNN Indonesia —
Di tengah gejolak ekonomi global saat ini, emas kembali menjadi primadona bagi para investor. Harganya yang relatif stabil dan cenderung tahan terhadap inflasi maupun resesi menjadikannya pilihan yang aman untuk mengamankan aset dan menjaga nilai kekayaan.
Meski demikian, sejarah mencatat, harga emas tidak selalu stabil. Harga emas tercatat mengalami fluktuasi sepanjang sejarah, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti inflasi, kebijakan moneter, dan kondisi geopolitik.
Tahun 1970 menjadi awal mula kepopuleran emas sebagai aset berharga yang membuat masyarakat seluruh dunia, termasuk Indonesia, melirik peluang keuntungan dari kepemilikan emas pribadi.
Melihat sejarahnya, bahwa harga emas sempat mengalami fluktuasi, maka masyarakat wajib mengetahui perkembangan harga emas saat ini, terutama bagi mereka yang tertarik menabung emas baik secara fisik maupun secara digital.
Jejak Perkembangan Harga Emas di Indonesia
Hingga saat ini, emas dikenal sebagai aset berharga yang nilainya tidak mudah goyah dan terpengaruh oleh kondisi ekonomi global. Tidak dapat dipungkiri, dalam perkembangannya, harga emas naik turun pada setiap periode waktu.
Dihimpun dari berbagai sumber, data tentang investasi emas di Indonesia dimulai pada 1970. Sejak saat itu, pergerakan harga emas di Indonesia pun mulai dipantau dengan sistematis.
1. Periode 1970
Popularitas investasi emas di Indonesia berawal dari 1970. Kala itu, dunia dilanda krisis minyak dan inflasi yang menjadikan emas primadona karena nilainya yang stabil dan tahan banting. Pada era 70-an, harga emas dunia berada pada angka US$35 per troy ons.
Setelah Presiden Amerika Serikat Richard Nixon menetapkan kebijakan standar emas terhadap dolar pada 1971, negara-negara adikuasa di dunia pun wajib menggunakan dolar AS pasca perang. Namun, kebijakan ini menjadi polemik karena konversi dolar AS dengan emas membuat AS merugi.
Hal itu karena setiap konversi dolar menjadi emas menghilangkan sejumlah emas per dolarnya. Pada aktivitas impor, AS mengalami kerugian akibat kuantitas barang impor yang tak sebanding dengan cadangan emas. Semakin banyak barang yang diimpor berimbas pada menurunnya cadangan emas AS.
Sejak saat itulah AS menghapus standar emas terhadap dolar. Sebagai gantinya, bank sentral AS bisa meningkatkan peredaran uang tanpa batas.
2. Periode 1980
Grafik harga emas pada 1980 mengalami peningkatan yang signifikan. Harga emas tertinggi pada periode inimencapai US$850 per ons.
Kenaikan yang pesat ini diakibatkan oleh meningkatnya permintaan emas batangan yang merupakan reaksi investor terhadap inflasi di AS dan mahalnya harga minyak bumi akibat andil Uni Soviet di Afganistan yang mengakibatkan konflik geopolitik.
3. Periode 1990
Kejayaan emas tidak bertahan lama. Setelah lonjakan yang signifikan, harga emas menurun dan mencapai titik terendah pada US$254 di periode 1990.
Penurunan harga pada sejarah harga emas di Indonesia dan dunia ini disebabkan oleh melimpahnya persediaan emas akibat munculnya teknologi baru di bidang penambangan. Hal tersebut berdampak pada menurunnya biaya penambangan.
Terlebih lagi, harga emas di era 90-an dipengaruhi oleh inflasi rendah, kebijakan moneter, dan stabilitas geopolitik dunia. Faktor-faktor sosioekonomi tersebut membuat sebagian besar rakyat Eropa mengonversikan saldo tabungan emas mereka.
Uang tunai yang didapatkan dari likuiditas tersebut digunakan untuk membeli aset lain yang lebih berisiko, seperti saham dan properti.
4. Periode Milenium Baru
Memasuki tahun 2000-an atau periode milenium baru, harga emas kembali menunjukkan tren positif. Di era ini, harga emas tertinggi tercatat pada Agustus 2000, yakni sebesar US$2.074 per ons.
Hal tersebut disebabkan oleh pasar obligasi yang beku akibat krisis keuangan sehingga emas menjadi pilihan aset yang tepat bagi investor untuk melakukan diversifikasi investasi dengan aman.
Bahkan pada 2008, saat krisis keuangan global melanda banyak negara, emas menjadi penyelamat para investor. Harganya melonjak hingga US$1.800 per ons karena dianggap sebagai aset yang aman dan stabil.
5. Periode 2012-2020
Kondisi ekonomi dunia mulai membaik memasuki 2012 dan berdampak positif pada kenaikan harga ekuitas. Karenanya, banyak investor yang kembali membeli saham dan mulai meninggalkan emas.
Hal tersebut membuat harga emas di pasar mengalami penurunan hingga 40%. Harga emas pada 2008 yang semula US$1.800 per ons turun drastis menjadi US$1.050.
Namun, penurunan harga emas tersebut tidak berlangsung lama. pada 2013 hingga 2020, harga emas cenderung stabil dan berada pada kisaran US$1.100 hingga US$1.400 per ons.
6. Periode Pandemi Covid19-Sekarang
Harga emas kembali bangkit di pada 2021 saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Pada periode 2021 ini harga emas meningkat drastis menjadi US$1.985 per ons.
Ketidakpastian ekonomi akibat keterbatasan aktivitas membuat investor kembali kepada emas sebagai aset aman terhadap ancaman inflasi maupun resesi. Akan tetapi, harga emas kembali stabil seiring pulihnya kondisi perekonomian global pasca pandemi dari 2023 hingga sekarang.
Melihat perjalanan sejarahnya, secara umum perkembangan harga emas dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh tingkat inflasi, kebijakan moneter bank sentral, dan permintaan emas. Namun sebagai instrumen investasi, emas masih tetap bisa diandalkan saat kondisi ekonomi dunia tengah tidak stabil.
Sebab, bisa digarisbawahi bahwa investasi emas sering kali menjadi penyelamat investor ketika harga ekuitas turun. Dengan menyimpan emas sebagai aset berharga, keamanan finansial di saat situasi tak menentu pun dapat terjaga.
(ory/ory)