Jakarta, CNN Indonesia —
Bank Indonesia (BI) mencatat realisasi aliran masuk modal asing ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencapai Rp508,41 triliun hingga 21 Mei 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan SRBI ini akan meningkatkan transmisi kebijakan moneter ke pasar uang, pasar SBN, dan pasar valas, serta turut berpengaruh positif terhadap pemanfaatan aset portofolio bank dalam optimalisasi pembiayaan kredit.
“Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi, penerbitan SRBI juga mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri,” ujar Perry dalam konferensi pers, Rabu (22/5).
Selain itu, aliran modal masuk asing ke instrumen moneter lainnya seperti SVBI dan SUBVI juga tembus masing-masing US$2,13 triliun dan US$275 juta.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil. Hal ini juga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong kembali aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik.
“Optimalisasi instrumen moneter pro-market juga terus dilakukan untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan dalam memastikan inflasi tetap terkendali dan nilai tukar Rupiah tetap stabil,” jelasnya.
Pada Mei ini, Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25 persen. Setelah pada April lalu menaikkan 25 basis poin (bps) dari level 6 persen.
Menurut Perry, keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability yaitu sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 persen pada 2024 dan 2025.
“Termasuk efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah,” imbuhnya.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
“Untuk memastikan stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran,” pungkasnya.
(ldy/agt)