Jakarta, CNN Indonesia —
Kampung Tuan Kentang yang terletak tepat di pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan di Palembang, Sumatera Selatan kerap menarik perhatian. Warga Kampung Tuan Kentang dikenal sebagai perajin kain tradisional yang berkualitas, seperti songket, blongsong, tajung, hingga jumputan.
Ketua Klaster Usaha Kain Tuan Kentang, Udin Abdillah menuturkan bahwa usaha kerajinan kain tenun sudah berjalan selama 40 tahun. Awalnya, dia terinspirasi oleh usaha kecil milik orang tuanya.
“Dulu saya sempat tinggal di Jakarta, lalu sekitar tahun 1981 saya memutuskan pindah ke Palembang dan belajar kerajinan kain tenun ini dari nol. Akhirnya belajar buka usaha sendiri sekitar 1984 dan alhamdulillah berjalan sampai sekarang,” kata Udin.
Klaster Usaha Kain Tuan Kentang lahir dari inisiatif warga, yang ingin mengembangkan potensi kain khas Tuan Kentang. Saat ini, klaster memiliki sekitar 30 orang anggota yang berdomisili di satu kawasan.
Udin mengungkapkan, dulu para perajin biasa menjual kain karyanya langsung ke pasar. Tanpa penetapan patokan harga, terkadang mereka mendapat harga tak semestinya.
“Dengan adanya klaster, kita jadi bisa naik kelas, punya daya jual yang sesuai dengan kualitasnya sehingga membantu kesejahteraan anggota juga,” lanjut Udin.
Sejalan waktu, Klaster Usaha Kain Tuan Kentang makin dikenal. Menurut Udin, bantuan dari BRI pada 2017 menjadi tonggak naik kelas para perajin kain di Tuan Kentang. Tak hanya modal, BRI juga memberi bantuan berupa alat-alat pendukung produktivitas.
“Jadi saat itu kami mendapatkan bantuan penataan lingkungan terlebih dulu. Wilayah Tuan Kentang saat itu kan sudah jadi destinasi wisata, tapi dari sisi lingkungan masih belum tertata. BRI membantu menata dan mempercantik lingkungan dengan menambahkan mural, sehingga jadi lebih bersih dan indah supaya menarik perhatian wisatawan yang berkunjung,” katanya.
Perlahan tapi pasti, Klaster Usaha Kain Tuan Kentang berkembang hingga mampu memberi pelatihan dan memberdayakan anak-anak muda, yang disebut Udin sebagai upaya regenerasi agar kerajinan kain tenun Tuan Kentang dapat lestari.
Udin mengaku, BRI menyediakan realisasi pendampingan yang menyeluruh. Dirinya berharap, kerja sama dengan BRI dapat berkelanjutan, serta membuka peluang lebih banyak.
“Pada dasarnya kita berharap agar bisa terus dibantu dari segi teknisnya. Yang jelas masyarakat ingin usahanya naik kelas, jadi gimana caranya agar para perajin ini bisa terus mengembangkan usahanya,” kata Udin.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan bahwa melalui program “Klasterku Hidupku”, BRI berkomitmen untuk terus mendampingi para pelaku UMKM, baik terkait modal usaha hingga pelatihan dan program pemberdayaan.
“Klasterku Hidupku tentu sangat bermanfaat bagi kelompok usaha dalam mendapatkan dukungan program pemberdayaan. Semoga, apa yang ditunjukkan oleh klaster usaha binaan kami menjadi motivasi dan cerita inspiratif yang dapat ditiru oleh kelompok-kelompok usaha lainnya di berbagai daerah,” kata Supari.
(rea/rir)