Jakarta, CNN Indonesia —
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkap pihaknya kesulitan untuk menyetop impor beras lantaran jumlah produksi lokal masih rendah, bahkan di tengah masa panen raya.
Berdasarkan data Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), total produksi beras pada periode Januari-Juli 2024 sebesar 18,64 juta ton. Angka tersebut lebih rendah 2,64 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bahkan dibandingkan dengan jumlah produksi pada kuartal II-2024, diproyeksi masih lebih rendah.
“Kalau dilihat berdasarkan grafik agak berat (untuk setop impor), karena semester II itu trennya biasanya lebih rendah daripada semester pertama,” kata dia dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin (10/6).
Pernyataan itu dilontarkan menjawab pertanyaan dari Ketua Komisi IV DPR RI Sudin soal rencana pengadaan impor beras tahun ini. Hal itu mengingat Indonesia sudah masuk dalam musim panen sejak Maret 2024 lalu.
“Kira-kira dengan data yang dipaparkan (panen dan penyerapan lokal padi) dan realisasi impor baru 2 juta ton dari yang ditetapkan 3,6 juta ton, setop impor enggak?” tanya Sudin.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi pun menjelaskan pihaknya tengah ditugaskan untuk tetap menjaga kontrak dengan pihak importir dari sejumlah negara.
Hal itu berdasarkan arahan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada saat sidang kabinet. Arahan tersebut diberikan agar ketika pengadaan lokal tak cukup, pengadaan impor bisa segera dilakukan.
“Kami standby dan diarahkan untuk tetap mengikat kontrak dengan pihak luar,” ujar Bayu.
Berdasarkan paparannya, realisasi pengadaan dan beras nasional dari luar negeri sebesar 1,9 juta ton. Sementara, pengadaan dalam negeri sebesar 582 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan 101 ribu ton beras komersial.
(del/sfr)